PNPM Mandiri Perkotaan

PNPM Mandiri Perkotaan
Bersama Membangun Kemandirian

Selasa, 22 Juli 2014

Pak Aso, Relawan Sejati dari Desa Bhakti Mulya Kab. Bengkayang


Pak Aso, begitulah orang biasa menyapanya, kakek yang sudah berusia 68 Tahun ini, namanya seringkali diplesetkan dengan kepanjangan ASO = Andalan Semua Orang.

Sebagai pengurus Unit Pengelola Sosial (UPS) dari BKM Mane Amas Desa Bhakti Mulya Kecamatan Bengkayang Kabupaten Bengkayang, Pak Aso dikenal sebagai seorang kakek yang ramah dan paling rapi, karena dalam setiap kegiatan beliau selalu hadir dengan baju kemeja lengan panjang dipasang masuk dalam celana dan sepatu tuanya yang mengkilat.

Sejak PNPM Mandiri Perkotaan pertama kali masuk di Desa Bhakti Mulya Tahun 2007 silam, sosok kakek yang hanya mengikuti Sekolah Rakyat (SR) hingga kelas 2 ini selalu hadir dalam tiap pertemuan serta aktif berpartisipasi dalam mengemukakan informasi, pendapat, masukan, kritik dan saran, itulah yang membuat Pak Aso bisa disebut sebagai salah satu Relawan Sejati dalam PNPM Mandiri Perkotaan di Kabupaten Bengkayang, karena usia lanjutnya tak menghentikan kiprah dan kontribusinya di masyarakat.

Salah satu "perjuangan" yang dilakukan Pak Aso, tepatnya pada tanggal 10 Juni 2014 lalu adalah ikut berpartisipasi dalam kegiatan Refleksi 3 Tahunan Desa Bhakti Mulya di Kantor Camat Bengkayang. Sebetulnya, kegiatan ini dapat dilaksanakan di Kantor Desa Bhakti Mulya yang tak jauh dari rumahnya, Namun, mengingat jarak antar RT atau dusun yang berjauhan dengan kontur perbukitan khas daerah pedalaman dan kondisi jalan belum bisa dikatakan baik, letak kantor camat justru lebih mudah diakses oleh sebagian besar warga dusun yang ada sehingga anggota BKM lebih memilih mengadakan pertemuan di Aula Kantor Camat dengan fasilitasi yang cukup memadai.


Lalu, mengapa hanya Pak Aso yang dikatakan sebagai Relawan Sejati? Walaupun kami berkeyakinan telah banyak relawan sejati lain yang tak terpublish, salah satu penilaiannya karena dari warga yang hadir, Pak Aso selalu tampil dengan gaya khasnya, aktif dan semangat dalam menyampaikan buah pikirannya. Sehingga dalam banyak diskusi, Pak Aso lebih banyak membantu dalam membuat kesimpulan dan merumuskan kebijakan. 

Tak hanya berkorban pemikiran, ia juga harus berkorban materi yang ia miliki agar bisa mengikuti kegiatan ini, ia harus merogoh kocek untuk membayar ongkos ojek setidaknya Rp 20.000,- per kali pertemuan, namun hal ini tak menyurutkan langkahnya untuk tetap hadir dan berpartisipasi aktif ditiap pertemuan PNPM MPk, ya seperti biasanya seperti sejak pertama kali program ini masuk ke desanya.

Jika kita lihat dari latar belakangnya, Pak Aso juga merupakan salah satu warga miskin Desa Bhakti Mulya. Sebagai seorang kakek berstatus duda yang hidup sendiri, semestinya hari itu dia bekerja mencari uang atau aktivitas lain yang dapat dia lakukan untuk memenuhi keperluan dirinya, Akan tetapi, karena semangat dan komitmennya demi membantu warga miskin lainnya, tanpa mengharap imbalan, Pak Aso justru rela mengorbankan waktu dan bahkan uangnya untuk mengikuti kegiatan PNPM MPk, karena baginya, bisa bermanfaat buat sesama adalah salah satu bentuk kebahagiaan tersendiri yang tak dapat dirupiahkan, dan menjadi Relawan PNPM lah ia mencoba memenuhi panggilan jiwanya atas dasar kepedulian dan rasa kemanusiaan.

Gelar yang Tim Fasilitator berikan kepada Pak Aso sebagai sosok relawan sejati, mungkin belum bisa dianggap The Best, namun demikian, bukan siapa yang menjadi relawan sejati yang terpenting, akan tetapi melalui sosok beliau, kita bisa kontemplasi dan refleksi diri, kita belajar banyak dari semangat dan kepeduliannya, karena dirinya yang juga tergolong miskin namun masih mau dan peduli membantu warga miskin lainnya dalam mencari solusi.

Lalu bagaimana dengan kita?

Tidak ada komentar: