Pak
Aso, begitulah orang biasa menyapanya, kakek yang sudah berusia 68 Tahun ini, namanya
seringkali diplesetkan dengan kepanjangan ASO
= Andalan Semua Orang.
Sebagai
pengurus Unit Pengelola Sosial (UPS) dari BKM Mane Amas Desa Bhakti Mulya
Kecamatan Bengkayang Kabupaten Bengkayang, Pak Aso dikenal sebagai seorang kakek
yang ramah dan paling rapi, karena dalam setiap kegiatan beliau selalu hadir
dengan baju kemeja lengan panjang dipasang masuk dalam celana dan sepatu tuanya
yang mengkilat.
Sejak
PNPM Mandiri Perkotaan pertama kali masuk di Desa Bhakti Mulya Tahun 2007 silam,
sosok kakek yang hanya mengikuti Sekolah Rakyat (SR) hingga kelas 2 ini selalu hadir
dalam tiap pertemuan serta aktif berpartisipasi dalam mengemukakan informasi, pendapat,
masukan, kritik dan saran, itulah yang membuat Pak Aso bisa disebut sebagai
salah satu Relawan Sejati dalam PNPM Mandiri Perkotaan di Kabupaten Bengkayang,
karena usia lanjutnya tak menghentikan kiprah dan kontribusinya di masyarakat.
Salah
satu "perjuangan" yang dilakukan Pak Aso, tepatnya pada tanggal 10 Juni 2014 lalu
adalah ikut berpartisipasi dalam kegiatan Refleksi 3 Tahunan Desa Bhakti Mulya
di Kantor Camat Bengkayang. Sebetulnya, kegiatan ini dapat dilaksanakan di
Kantor Desa Bhakti Mulya yang tak jauh dari rumahnya, Namun, mengingat jarak
antar RT atau dusun yang berjauhan dengan kontur perbukitan khas daerah pedalaman dan kondisi jalan belum bisa dikatakan baik, letak kantor camat justru lebih mudah diakses oleh
sebagian besar warga dusun yang ada sehingga anggota BKM lebih memilih mengadakan
pertemuan di Aula Kantor Camat dengan fasilitasi yang cukup memadai.
Lalu,
mengapa hanya Pak Aso yang dikatakan sebagai Relawan Sejati? Walaupun kami
berkeyakinan telah banyak relawan sejati lain yang tak terpublish, salah satu penilaiannya karena dari warga yang hadir, Pak
Aso selalu tampil dengan gaya khasnya, aktif dan semangat dalam menyampaikan
buah pikirannya. Sehingga dalam banyak diskusi, Pak Aso lebih banyak membantu
dalam membuat kesimpulan dan merumuskan kebijakan.
Tak hanya berkorban
pemikiran, ia juga harus berkorban materi yang ia miliki agar bisa
mengikuti kegiatan ini, ia harus merogoh kocek untuk membayar ongkos ojek setidaknya
Rp 20.000,- per kali pertemuan, namun hal ini tak menyurutkan langkahnya untuk
tetap hadir dan berpartisipasi aktif ditiap pertemuan PNPM MPk, ya seperti
biasanya seperti sejak pertama kali program ini masuk ke desanya.
Jika
kita lihat dari latar belakangnya, Pak Aso juga merupakan salah satu warga
miskin Desa Bhakti Mulya. Sebagai seorang kakek berstatus duda yang hidup
sendiri, semestinya hari itu dia bekerja mencari uang atau aktivitas lain yang
dapat dia lakukan untuk memenuhi keperluan dirinya, Akan tetapi, karena semangat dan
komitmennya demi membantu warga miskin lainnya, tanpa mengharap imbalan, Pak Aso justru rela mengorbankan waktu
dan bahkan uangnya untuk mengikuti kegiatan PNPM MPk, karena baginya, bisa
bermanfaat buat sesama adalah salah satu bentuk kebahagiaan tersendiri yang tak dapat dirupiahkan,
dan menjadi Relawan PNPM lah ia mencoba memenuhi panggilan jiwanya atas dasar
kepedulian dan rasa kemanusiaan.
Gelar
yang Tim Fasilitator berikan kepada Pak Aso sebagai sosok relawan sejati,
mungkin belum bisa dianggap The Best,
namun demikian, bukan siapa yang menjadi relawan sejati yang terpenting, akan tetapi
melalui sosok beliau, kita bisa kontemplasi dan refleksi diri, kita belajar banyak dari
semangat dan kepeduliannya, karena dirinya yang juga tergolong miskin namun masih
mau dan peduli membantu warga miskin lainnya dalam mencari solusi.
Lalu bagaimana dengan kita?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar