PNPM Mandiri Perkotaan

PNPM Mandiri Perkotaan
Bersama Membangun Kemandirian

Kamis, 20 November 2014

PNPM Perkotaan Berkonsep Keberlanjutan, Bukan Program Bagi-bagi Uang

Jakarta, 20 November 2014

Oleh:
Nina Firstavina, SE  
Editor Web
PNPM Mandiri Perkotaan   
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan bukan program bagi-bagi uang, karena konsepnya adalah sustainable atau keberlanjutan. Untuk itu, penguatan kelembagaan masyarakat, melalui Badan/Lembaga Keswadayaan Masyarakat (BKM/LKM) menjadi sangat penting. Di antaranya agar bisa terhindar dari permasalahan kemacetan pengembalian pinjaman ekonomi bergulir. Selain itu juga agar oknum di ranah masyarakat ataupun pemerintah setempat tidak sampai tergoda untuk melakukan penyalahgunaan dana masyarakat, lalu berurusan dengan hukum.
“Jangan sampai kita bersentuhan dengan urusan hukum, Bapak, Ibu. Bukannya menakut-nakuti, tapi coba deh tanyakan teman-teman yang sudah pernah mengalami bersentuhan dengan permasalahan hukum. Selain proses pemeriksaannya bisa sangat panjang dari segi waktu, juga menguras energi. Melelahkan. Stres,” tegas Pejabat Pembuat Komitmen PNPM Mandiri Perkotaan wilayah 1 Suksesno di hadapan sekira 140 peserta Lokakarya Praktik Baik PNPM Mandiri Perkotaan, di Grand Cempaka Hotel, Jakarta, pada Kamis, 20 November 2014 sekira pukul 16.30 WIB tadi. Dalam hal ini Neno, begitu panggilan akrab Suksesno, membuka Lokakarya Praktik Baik PNPM Mandiri Perkotaan mewakili Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan, Direktorat Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Adjar Prajudi.
Menurutnya, PNPM Mandiri Perkotaan membuat rencana strategis 2013-2014, antara lain: pertama, fokus kepada penguatan lembaga BKM/LKM agar terbangun tata kelola program yang baik (good governance). Kedua, BKM/LKM menjadi lembaga yang dapat dipercaya (trust), inklusif, transparan dan akuntabel, serta mampu bermitra dengan berbagai sumberdaya dari luar (channeling dan kemitraan) sebagai pondasi bagi keberlanjutan program.
“Bagaimana agar BKM/LKM tidak hanya jadi ‘tukangnya’ program. BKM/LKM adalah lembaga kumpulan nilai. Di acara ini kami menghadirkan tidak hanya BKM/LKM, tapi juga pihak Pemerintah Daerah (Pemda) dan konsultan dalam satu wilayah dari masing-masing provinsi. Alasan Pemda dihadirkan di sini, di antaranya, menegaskan mengenai pasca pendampingan PNPM, isu keberlanjutan harus terus didorong. Apa peran kota/kabupaten agar LKM yang ada sekarang menjadi aset bagi pembangunan wilayah? Apa yang ingin diinginkan Pemda, apa yang diinginkan LKM agar wilayahnya maju? Besok ini kita bahas dalam diskusi,” urai Neno.
Ia melanjutkan, adapun alasan menghadirkan Korkot/Askot CD Mandiri adalah apapun yang dilakukan di sini sebagai upaya pengembangan kapasitas. “Namanya knowledge management artinya apapun yang kita hasilkan di forum ini agar teman-teman bisa menyebarkan pengetahuan ini lebih luas kepada teman-teman dan masyarakat yang lain.
Acara Lokakarya Praktik Baik PNPM Mandiri Perkotaan ini dihadiri oleh tiga orang dari 33 kota/kabupaten, mewakili masing-masing provinsi se-Indonesia dan akan berlangsung sampai Sabtu, 22 November 2014. Ikuti terus berita selanjutnya mengenai rangkaian acara lokakarya di web ini. [Redaksi]
Dokumentasi lainnya:

 

Rabu, 19 November 2014

Benarkah Alokasi Dana Desa Dialokasikan untuk Fasilitator?

Jakarta, 18 November 2014

Oleh:
Tomy Risqi 
TA Kelembagaan &
Pengelolaan Kegiatan Sosial
KMP Wilayah 2
PNPM Mandiri Perkotaan 
A. Bagaimana Bentuk PNPM ke Depan
Bagaimana bentuk PNPM Perkotaan ke depan? Bagaimana mekanisme penggunaan dana bantuannya (loan)? Dan, bagaimana menyelaraskannya dengan program pemerintah, termasuk target 100-0-100? Ketiga pertanyaan tersebut mestinya terjawab melalui misi supervisi periode kali ini dan mendapatkan dukungan dari semua kementerian. Setidaknya diperoleh kejelasan gambaran umum mengenai apa rencana pemerintah pasca April 2015.
Demikian sepotong harapan yang disampaikan Task Team Leader PNPM Urban dan Lead Municipal Specialist World Bank George Soraya dalam Kick Off Meeting of Implementation Support Mission for PNPM Urban and Midterm Review (MTR) Mission for PNPM Urban 2012-2015, pada 11 November 2014. Kick off meeting tersebut dibuka oleh Program Manager Unit (PMU) Didit Arief Akhdiat dan dihadiri oleh Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) Kementerian PU dan Prasarana Adjar Prajudi serta semua perwakilan kementerian terkait; Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Bappenas, Kemenkeu, PU, POKJA Pengendali, TNP2K, PPK Pusat dan KMP. Seluruhnya sekitar 48 orang.
MTR adalah rangkaian kegiatan untuk review formal sebuah proyek. MTR bertujuan untuk menilai efisiensi dan efektivitas desain program, baik ditinjau dari tujuan maupun implementasinya, sehingga dapat dibuat pengaturan (adjustment) yang diperlukan. Dalam MTR dipotret juga performance proyek secara nasional dan bagaimana keputusan tindak lanjutnya. MTR disertai field visituntuk mendapatkan informasi langsung dari lapang.
Secara kontraktual PNPM Mandiri Perkotaan berakhir April 2015. Namun program besar ini masih menyisakan sejumlah agenda evaluasi sebelum tutup tahun. Salah satunya adalah Midterm Review tersebut. Menurut Didit Arief Achdiyat, misi kali ini akan menekankan pada seperti apa potret dan tindak lanjut Program. Misi implementasi ini akan diikuti oleh seluruh kementerian.
Misi telah diawali dengan teleconference pada tanggal 12 November lalu untuk Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Maluku Utara. Sedangkan kunjungan lapang ke Balikpapan, Subulussalam, Kupang, Makasar, Yogya, Brebes dan Malang dilaksanakan di rentang waktu antara 17 - 28 November 2014. Wrap up meeting dari semua itu diagendakan pada 5 Desember 2014, untuk merekomendasikan beberapa tindak lanjut.
B. Potret Nasional PNPM Urban November 2014
Penting untuk diketahui khalayak adalah DDUB yang menyertai BLM PNPM Urban telah cair 90% dari target 80%. Khusus Aceh telah cair 81,88%. Dari seluruh capaian Key Performance Indicator (KPI), “hanya” 3 indikator nasional yang belum tercapai, yaitu:
  1. Penerima manfaat program baru 4,9 juta dari target 6 juta . Kendalanya adalah belum beresnya DIPA dan SK-SK Satker di kabupaten/kota. Surat Direktur terkait surat satker telah diluncurkan ke 269 kabupaten/kota dan baru 213 yang merespon dengan baik dan saat ini para Satker-nya telah memiliki SK. Namun saat ini baru cair 56%. Diharapkan Desember nanti 100% dapat segera cair semua
  2. Pengembalian dana bergulir baru 28% dari target 50%. Salah satunya akibat mispersepsi di masyarakat bahwa uang pemerintah tidak perlu dikembalikan seperti terjadi di Aceh dan beberapa tempat. Yang mengherankan, isu semacam ini ternyata masih mengemuka, padahal sudah tidak jamannya lagi. KSM-KSM peminjam dana bergulir kebanyakan KSM yg memiliki usaha instan yang tidak berkelanjutan seperti gorengan, kopi, dan seterusnya. Fakta menarik lagi yang ditemukan, BKM dan KSM terhambat pencairannya karena oleh KPPN setempat diminta untuk menyertakan NPWP. Bukankah BKM dan KSM adalah organisasi nirlaba, mengapa dikenai pajak? Ketentuan peraturan tersebut sedang ditelusuri.
  3. Untuk PAR memuaskan atau resiko pinjaman KSM setelah tiga bulan di 50% lokasi dampingan masih belum tercapai. Sebab baru terrealisasi di 28,7% dari seluruh lokasi dampingan PNPM.
Untuk program keberlanjutan, Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLPBK) Lokasi Metropolitan juga telah berproses pada tahap persiapan untuk menyusun perencanaan di Lokasi 2014. Untuk Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK) atau Global Facility for Disaster Reduction and Recovery (GFDRR) hampir semua sudah pada tahap akhir perencanaan. Saat ini telah dicairkan sebesar Rp200 juta untuk pencairan tahap pertama. Sedangkan Trust Fund Aceh akan mengalami peningkatan sekitar 4,8 juta dolar, akan berakhir Desember 2016 setelah Program Selaras diperpanjang. PRBBK/GFDRR yang baru satu kali pencairan, akan diperpanjang juga kontraknya.
C. Dukungan Finansial dan Status Dana Bergulir
Di masa transisi ini pemerintahan baru semua kementerian tidak boleh memiliki visi misi, kecuali visi misi yang ditetapkan oleh presiden berupa NawaCita. Namun, belum pernah dibicarakan secara khusus untuk itu. Sehingga, untuk integrasi PNPM Perkotaan ke UU Desa belum disepakati pada bagian dukungan finansial.
Sebagai contoh grant GFDRR dan tambahan dana (additional financing)USAID untuk Aceh. Sejauh mana program ini bisa mendorong pemanfaatan Alokasi Dana Desa (ADD). Apakah memungkinkan untuk dimasukkan ke dalam ADD? Mengingat dalam Pasal 79 UU Desa tersebut, program pusat harus masuk ke dalam RPJMDesa, sebagai konsekuensi desa sebagai subyek pembangunan. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (KPDT Trans) diharapkan bantuannya untuk menjelaskan mekanismenya.
Dalam paparannya Co-Task Team Leader World Bank Evi Hermirasari menyampaikan bahwa MTR fokus untuk 1) mereview Project Appraisal Document (PAD), 2) identifikasi isu-isu strategis dan lesson learned, 3) rencana untuk 2015 bagi (a) Neighbourhood Development (ND)livelihood,Community-Based Disaster Risk Management (CBDRM), Selaras, (b)implementation dari UU Desa dan (c) support kebijakan 100-0-100.
Performance Revolving Loan Fund (RLF) secara umum mengalami peningkatan meski ditemui beberapa penyimpangan juga. Untuk penanganan penyimpangan dana (misuse fund) secara total dari perspektif kasus meningkat jumlahnya. Tersisa 200 kasus stagnan. Jika dilihat dari jumlah nominal rupiahnya dari 200 kasus yang stagnan tersebut sebenarnya telah terjadi peningkatan penyelesaian.
D. Rekomendasi dan Harapan Fasilitator
Harapan yang mengemuka dalam kick off tersebut adalah memastikan keberlanjutan PNPM karena membangun sistem yang luar biasa seperti ini butuh banyak energi dan sumberdaya. Menurut Adjar, PNPM Perkotaan akan diletakkan di Direktorat PBL, bukan Cipta Karya. Sehingga yang diurus adalah bangunan gedung saja. Hingga Desember 2014 masih menggunakan nomenklatur yang lama, awal 2015 baru menggunakan nomenklatur baru Kementerian Pekerjaan Umum dan Prasarana (PUPR).
Didit mengatakan bahwa gaji-gaji fasilitator termasuk untuk wilayah ND masih akan ditangani hingga April 2015. Ada Sekitar 5.800-an Kelurahan yang didampingi oleh PU sebagai Executing Agency. Indeks Kemiskinan Wilayah (IKW) yang ditetapkan kementerian keuangan juga akan digunakan sebagai dasar pendampingan. Pasca April 2015, meski masih tanda tanya, Technical Assistancetetap dipertahankan terutama untuk Tim Fasilitator, tentu dengan pengurangan disesuaikan dengan ketersediaan dana.
Komposisi Fasilitator akan diubah. 4 fasilitator tetap akan mendampingi 9 kelurahan (4:9) untuk lokasi Kelurahan reguler termasuk lokasi PLPBK. Sedangkan untuk Lokasi PNPM Perkotaan di pedesaan akan mengikuti komposisi 2 fasilitator mendampingi 9 desa (2:9). Komposisi ini hanya berlaku hingga 2015. Untuk selanjutnya akan dilengkapi dari dana ADD. Sementara struktur Korkot tidak mengalami perubahan.
Pelatihan ITDA awal November lalu, menyepakati bahwa alih kelola dana bergulir akan digeser ke Pemda. Sedangkan untuk penanganan infrastruktur dan sosial belum ada komponen-komponen resmi. Sebab infrastruktur dan sosial dianggap sebagai aset yang telah menjadi milik masyarakat, sehingga berada di bawah pengelolaan masyarakat sendiri. Di lain waktu akan didiskusikan lebih mendalam. Yang jelas Pengelolaan Dana bergulir sekitar Rp900 miliar akan menjadi fokus perbaikan. Penurunan pengembalian karena tunggakan (RLF) akan ditindaklanjuti. Inovasi-inovasi kreatif penyelesaian dana bergulir akan segera didesain bersama Pemda. Saat ini dana yang dimanfaatkan diluar jalur (misuse fund) sekitar 0,38% dari total BLM 2013. Namun semua itu jika dirata-rata masih tidak sampai 0,2%.
Riswan dari PNPM Rural Suport Facility (PRSF) pada POKJA Pengendali Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) mengatakan bahwa Kementerian PMK masih concern pada Program Kabupaten/Kota Pemberdayaan Masyarakat (PKPM) yang akan melibatkan Pemda dalam memperbaiki tata kelolanya. Artinya PNPM akan digeser menjadi PKPM sebagai Program milik Pemda yang digerakkan berbasis pada 10 komponen utama. Termasuk di dalamnya adalah penanganan Dana Amanah Pemberdayaan Masyarakat (DAPM), yang membawa konsekuensi perubahan status hukum UPK.
Menurut UU Desa, Program Kementerian dan Lembaga tidak dapat masuk langsung ke desa, kecuali di-Musrenbang-kan. Oleh sebab itu salah satu peluang yang digunakan adalah melalui program pengembangan kawasan semacam PLPBK . Dengan pendekatan PLPBK diharapkan pembangunan antar desa dan antar kelurahan lebih harmoni. Kewenangan Desa, Pemda kabupaten/kota, maupun kementerian/lembaga menjadi mudah untuk diidentifikasi. Pendekatan IKW digunakan untuk ini.
Dengan demikian diupayakan, pembukuan program dan pembukuan publik tetap terpisah. Mengupayakan hal ini menempuh perjalanan yang tidak mudah, namun Pedoman-pedoman yang menyertai sudah dirintis. Untuk Pedoman Perubahan Badan hukum Koperasi dan Perhimpunan Badan Hukum (PBH), Kemenkop dan Kemenkumham sudah menyetujuinya. Di Program PNPM Pedesaan Badan Koordinasi Antar Desa (BKAD)-nya diperkuat meskipun respon Program PNPM Pedesaan agak lambat merespon karena situasi perdesaan yang lebih rumit.
Setidaknya good governance-nya dijalankan terus dan tetap didampingi oleh fasilitator beserta pendamping lokal. Dana ADD yang diatur dalam Pasal 72 diprioritaskan untuk mengakomodasi penyediaan fasilitator-fasilitator dalam mendampingi pelaksanaan UU Desa. Mari kita tunggu realisasinya. [KMP-2]

Editor: Nina Firstavina

Teori Pemberdayaan Ala PNPM VS Kartu Sakti

Pariaman, 19 November 2014

Oleh:
Yusrizal  
Koorkot Pariaman
KMW/OC 1 Sumatera Barat
PNPM Mandiri Perkotaan   
Sakali Aia Gadang, Sakali Tapian Barubah. Demikian ungkapan dalam pepatah-petitih orang Minang, yang artinya (lebih kurang) adalah “Tiap pergantian pemimpin akan selalu membawa perubahan sesuai dengan keinganan sang pemimpin”. Kondisi ini jua berlaku terhadap nasib bangsa ini pada umumnya dan PNPM sebagai sebuah program pemberdayaan pada khususnya.
Terhitung sejak 2007 dengan label PNPM dalam kontekstual pemberdayaan turut mewarnai pembangunan bangsa ini. Terlepas dari segala kekurangan dan kelebihannya PNPM telah membumbui jalannya roda pembangunan di tengah masyarakat. PNPM telah cukup banyak berbuat dan telah dirasakan manfaatnya oleh jutaan masyarakat Indonesia. Memang tidak sedikit pula yang meragukan kesuksesan PNPM sebagai sebuah program dalam kontekstual pemberdayaan.
Secara lugas pemberdayaan dapat diartikan sebagai suatu proses yang membangun manusia atau masyarakat melalui pengembangan kemampuan masyarakat, perubahan perilaku masyarakat, dan pengorganisasian masyarakat. Dari definisi tersebut terlihat ada tiga tujuan utama dalam pemberdayaan masyarakat, yaitu mengembangkan kemampuan masyarakat, mengubah perilaku masyarakat, dan mengorganisir diri masyarakat.
Kemampuan masyarakat yang dapat dikembangkan tentunya banyak sekali. Seperti kemampuan untuk berusaha, kemampuan untuk mencari informasi, kemampuan untuk mengelola kegiatan, kemampuan dalam pertanian dan masih banyak lagi sesuai dengan kebutuhan atau permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Dari beberapa orang pakar pemberdayaan yang coba saya simpulkan ada beberapa prinsip dasar untuk mewujudkan masyarakat yang berdaya atau mandiri, antara lain:
Pertama, penyadaran. Untuk dapat maju atau melakukan sesuatu, ibaratkan seseorang yang tertidur harus dibangunkan dari tidurnya. Demikian jua halnya dengan masyarakat kita harus dibangunkan dari “tidur” keterbelakangannya. Orang yang pikirannya tertidur merasa tidak mempunyai masalah, karena mereka tidak memiliki aspirasi dan tujuan-tujuan yang harus diperjuangkan.
Penyadaran berarti bahwa masyarakat secara keseluruhan menjadi sadar bahwa mereka mempunyai tujuan dan masalah. Masyarakat yang sadar juga mulai menemukan peluang dan memanfaatkannya, menemukan sumberdaya yang dimilikinya. Masyarakat yang sadar menjadi semakin tajam dalam mengetahui apa yang sedang terjadi baik di dalam maupun di luar masyarakatnya. Masyarakat menjadi mampu merumuskan kebutuhan-kebutuhan dan aspirasinya.
Kedua, pelatihan. Pendidikan di sini bukan hanya belajar membaca,menulis dan berhitung, tetapi juga meningkatkan keterampilan-keterampilan bertani, kerumahtanggaan, industri dan cara menggunakan pupuk. Juga belajar dari sumber-sumber yang dapat diperoleh untuk mengetahui bagaimana memakai jasa bank, bagaimana membuka rekening dan memperoleh pinjaman. Belajar tidak hanya dapat dilakukan melalui sekolah, tapi juga melalui pertemuan-pertemuan informal dan diskusi-diskusi kelompok tempat mereka membicarakan masalah-masalah mereka.
Melalui pendidikan, kesadaran masyarakat akan terus berkembang. Perlu ditekankan bahwa setiap orang dalam masyarakat harus mendapatkan pendidikan, termasuk orang tua dan kaum wanita. Ide besar yang terkandung di balik pendidikan kaum miskin adalah bahwa pengetahuan menganggarkan kekuatan
Ketiga, pengorganisasian. Agar menjadi kuat dan dapat menentukan nasibnya sendiri, suatu masyarakat tidak cukup hanya disadarkan dan dilatih keterampilan, tapi juga harus diorganisir. Organisasi berarti bahwa segala hal dikerjakan dengan cara yang teratur. Ada pembagian tugas di antara individu-individu yang akan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas masing-masing dan ada kepemimpinan yang tidak hanya terdiri dari beberapa gelintir orang tapi kepemimpinan di berbagai tingkatan.
Masyarakat tidak mungkin diorganisir tanpa pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan secara rutin untuk mengambil keputusan-keputusan dan melihat apakah keputusan-keputusan tersebut dilaksanakan. Wakil-wakil dari semua kelompok harus berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan. Selain pertemuan-pertemuan rutin, catatlah keputusan-keputusan yang telah diambil. Notulensi itu akan dibacakan dalam pertemuan berikutnya untuk mengetahui apakah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap keputusan tersebut sudah melaksanakan tugasnya atau belum.
Tugas-tugas harus dibagikan pada berbagai kelompok, termasuk kaum muda, kaum wanita, dan orangtua. Pembukuan yang sehat juga sangat penting. Semua orang harus mengetahui penggunaan uang dan berapa sisanya. Pembukuan harus dikontrol secara rutin misalnya setiap bulan untuk menghindari adanya penyelewengan.
Keempat, pengembangan kekuatan. Kekuasaan berarti kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Bila dalam suatu masyarakat tidak ada penyadaran, latihan atau organisasi, orang-orangnya akan merasa tak berdaya dan tak berkekuatan. Mereka berkata: kami tidak bisa, kami tidak punya kekuatan.
Pada saat masyarakat merasa memiliki potensi atau kekuatan, mereka tidak akan mengatakan lagi: kami tidak bisa. Mereka akan berkata: kami mampu! Masyarakat menjadi percaya diri. Nasib mereka berada di tangan mereka sendiri. Pada kondisi seperti ini bantuan yang bersifat fisik, uang, teknologi, dan sebagainya. Hanya sebagai sarana perubahan sikap.
Bila masyarakat mempunyai kekuatan, setengah perjuangan untuk pembangunan sudah dimenangkan. Tetapi perlu ditekankan kekuatan itu benar-benar dari masyarakat bukan dari satu atau dua orang pemimpin saja. Kekuatan masyarakat harus mengontrol kekuasaan para pemimpin.
Kelima, membangun dinamika. Dinamika orang miskin berarti bahwa masyarakat itu sendiri yang memutuskan dan melaksanakan program-programnya sesuai dengan rencana yang sudah digariskan dan diputuskan sendiri. Dalam konteks ini keputusan-keputusan sedapat mungkin harus diambil di dalam masyarakat sendiri, bukan di luar masyarakat tersebut.
Lebih jauh lagi, keputusan-keputusan harus diambil dari dalam masyarakar sendiri. Semakin berkurangnya kontrol dari masyarakat terhadap keputusan-keputusan itu, semakin besarlah bahaya bahwa orang-orang tidak mengetahui keputusan-keputusan tersebut atau bahkan keputusan-keputusan itu keliru. Hal prinsip bahwa keputusan harus diambil sedekat mungkin dengan tempat pelaksanaan atau sasaran.
Beberapa poin di ataslah yang telah dilakukan oleh PNPM selama ini di masyarakat melalui programnya. Namun apalah hendak dikata seiring dengan berjalannya waktu dan suksesi kepemimpinan nasional kita seolah-olah keberadaan PNPM bagaikan air di daun keladi. Memang belum ada seorangpun yang mau dan berani mengatakan pola seperti PNPM ataupun program sejenis berlanjut atau tidak. Tapi menilik arah kebijakan pemerintahan yang ada seakan PNPM akan tinggal kenangan, demikian jua halnya dengan konsep pemberdayaan yang diterapkannya.
Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) ala pemerintah kita sekarang seakan menasbihkan, memproklamirkan bahwa proses pemberdayaan bukanlah jawaban untuk penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Masyarakat kita tengah digiring ke arah nan jauh berbeda dan berseberangan jalan dengan konsep pemberdayaan yang selama ini kita agung-agungkan. Terlepas dari segala macam dalil yang telah disampaikan kenapa dan untuk apa kartu ini diterbitkan. Terbebas dari dalil pengalihan subsidi dari yang bersifat komsumtif ka arah yang lebih baik dan lain sebagainya. Terlepas dari segala gonjang-ganjing harga minyak dunia yang tengah turun dan kita justru menaikkan harga minyak, biarlah itu berada pada lingkaran perdebatan politis.
Namun, yang coba saya ambil benang merahnya adalah kita tengah menggiring warga kepada jalur “lebih baik jadi tangan di bawah” dan menjadi bangsa yang dimanja dan dininabobokkan untuk jangka waktu nan singkat, alias temporer—jika terlalu vulgar untuk disebut bangsa peminta-minta. Segala macam kartu yang ada hanya akan memberikan ruang dan waktu kepada masyarakat kita untuk terus bermanja-manja, mengandalkan kartu yang ada.
Sampai kapan pola seperti ini akan dijalankan dan negara sanggup untuk mendanainya. Masyarakat bukanlah diberikan pancingnya tapi malah diberikan ikannya. Kebijakan Kartu Sakti yang seakan menjanjikan surga nyata, tapi sejatinya adalah surga yang fana dan sesaat. Bukankah lebih baik kita memberdayakan mereka, memandirikan mereka agar bisa berjalan dan tegak berdiri di kakinya sendiri?
Akhirul kalam semoga saja apa yang saya coba rangkai dan susun ini jauh realitas lapangan ke depannya. Semoga saja bangsa ini lebih cenderung menyadari bahwa tangan di atas jauh lebih baik dari pada tangan di bawah. Jangan hanya terbuai dengan kesenangan dan kenikmatan serta kemanjaan sesaat. Namun lebih mementingkan kemandirian dan bukan hanya menanti serta mengharapkan bantuan.
Jika saja proses pemberdayaan yang sudah berlangsung sedemikian lama dan telah menjadi bagian dari kehidupan warga harus dihentikan dan stop untuk selamanya maka kita sepertinya berjalan mundur jauh ke belakang, dan justru tengah menuju kehancuran bangsa. Semoga saja proses pemberdayaan di masyarakat terus berjalan, terserah apapun itu namanya—jika memang persoalan nama yang menjadi titik sentralnya. Semoga saja. [Sumbar]

Editor: Nina Firstavina

Senin, 17 November 2014

Tau Gak...ada yang Ganjil Loh dengan Bundaran HI...Lihat deh..!!




Saya yakin anda tahu Bundaran HI. Saya juga tahu bahkan pernah lewat di Bundarang tersebut. Tapi hanya lewat saja tidak mampir. He he he. Berikut ini saya berikan artikel teman kita yang sangat bagus membahas secara mendetail tentang adanya keganjilan pada Bundaran Hotel Indonesia tersebut. Saya membaca artikelnya kok jadi bergidik ya. Seakan Indonesia ini telah dikuasai oleh suatu makhluk tersembunyi yang sangat menakutkan dan kita tidak pernah merasakan. Anda percaya atau tidak analisa ini silahkan berkomentar.
bundaran-hi1 
Sangat mengejutkan dan diluar dugaan. Bundaran Hotel Indonesia atau yang lebih populernya disebut dengan Bundaran HI, ternyata ditemukan sebuah keganjilan. Dan sudah sepantasnya hal ini menjadi sebuah tanda tanya besar.

Semua orang yang ada di Jakarta, sudah pasti tahu dengan monumen kolam air mancur ini. Presiden Soekarno dulunya di tahun 1960-an, memerintahkan untuk membangun beberapa proyek konstruksi demi mempercantik kota Jakarta dalam persiapan Asian Games IV.
www.108jakarta.com
Termasuk diantaranya pembangunan Kompleks Olahraga Ikada (Gelora Bung Karno) dan beberapa patung, termasuk monumen Selamat Datang, yang dikenal sebagai Tugu Selamat Datang.

Monumen Selamat Datang ini terletak tepat di tengah Bundaran HI. Disebut demikian, karena bundaran ini berdekatan dengan Hotel Indonesia. Bundaran yang berada di pusat jantung kota Jakarta ini, tepat di tengah-tengah beberapa jalan utama di Jakarta.

Di zaman VOC, pintu gerbang Menteng ada di seputaran Gondangdia, dekat Masjid Cut Meutiah sekarang. Namun di zaman Orde Baru, pintu gerbangnya ‘dipindahkan’, bukan lagi di utara akan tetapi di sebelah baratnya, yaitu Bundaran Hotel Indonesia.
bundaran-hi-life-magazine_-co-rentmeester_-mei-1966

Selesai dibangun, Hotel Indonesia dan Bundaran HI menjadi pintu gerbang bagi para pengunjung Jakarta. Bundaran itu merupakan sebuah kolam bulat yang dilengkapi dengan air mancur.

Namun, pernahkah tersadar akan sebuah keanehan yang ada di Bundaran HI tersebut? Sepintas kolam ini memang tampak seperti kolam yang ada pada umumnya, yaitu berbentuk bulat dengan air mancur yang ada di dalamnya.

Coba perhatikan gambar-gambar berikut ini :
Apakah kelihatan ada yang aneh pada gambar di atas? Jika belum tampak keanehan disana, coba gambarnya diambil tampak atas dari google earth seperti di bawah ini :
Masih kurang jelas dan terkesan dipaksakan, coba diputar lagi secara horizontal seperti dibawah ini :
Sudah cukup jelas? Lantas apa yang terlihat disana?

Sekali lagi, gambar ini pasti mengingatkan akan sesuatu. Apa itu?
Mata Horus, simbol Illuminati/Freemason. Siapa lagi di dunia ini yang memakai simbol-simbol seperti itu selain mereka. 
Yang jelas hal ini membuktikan, bahwa bukan hanya di Amerika saja para freemason ini membangun gedung-gedung insfratukstur kota, akan tetapi freemason pun sudah membangun sesuatu di Indonesia.

Bukti ini dapat dijadikan sebagai acuan kepada kesimpulan, bahwa mereka sebenarnya sudah pernah eksist pada zaman dahulu di Indonesia, dan bukan tidak mungkin sampai sekarang pun mereka masih ada dan berkeliaran di Indonesia, terbukti dengan keganjilan yang ada pada mata uang 10.000 rupiah.

Sedikit sebagai tambahan informasi seputar Bundaran HI ini. Pada pasca zaman pemerintahan Soeharto, Bundaran HI kerapkali dijadikan sebagai panggung demonstrasi oleh berbagai elemen massa dan berbagai kepentingan.

Selain itu, sejumlah bangunan dan situs bersejarah yang ada di Jakarta menjadi rusak akibat gelombang unjuk rasa yang terjadi secara besar-besaran di sepanjang Mei 1998. Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso, kala itu mencanangkan gerakan rehabilitasi Jakarta, agar kembali menjadi kota yang rapi dan cantik, seperti ibukota negara lainnya.

Salah satu proyeknya, di tahun 2001, ialah merehabilitasi Bundaran HI, lengkap dengan air mancur dan patung Tugu Selamat Datangnya, agar kembali menjadi salah satu icon Jakarta yang cantik selain Monas.


Namun anehnya, program rehabilitasi air mancur itu bernuansa Luciferistik “CAHAYA”, yakni “Membangun Kebanggaan Nasional Melalui Pencahayaan”. Entah kebetulan atau tidak, kontraktor yang ditunjuk pun General Electric (GE).

GE dalam hal ini merupakan perusahaan yang juga bertanggungjawab atas tata cahaya Patung Liberty di Washington DC dan Chain Bridge di Hongaria. Di Jawa Tengah pun, GE pula yang menangani tata cahaya yang terdapat di Candi Prambanan.

Professor Nick Turse dalam “The Complex” (2009) menulis, “GE adalah salah satu perusahaan Amerika yang dekat dengan industri perang Pentagon. Sejak tahun 1957 hingga 1961, GE bahkan termasuk di dalam lima besar kontraktor militer Pentagon di samping General Dynamics, Boeing, Lockheed, dan North American Aviation. Sejak 2006, GE telah meluncur turun ke urutan empat belas terbesar. Walau demikian, nila laba yang diperoleh GE di tahun itu masih sangat besar, tidak kurang dari $ 2,3 miliar dari Departemen Pertahanan AS, dengan mengerjakan sistem persenjataan untuk Helikopter tempur Hawk UH-60 dan pesawat multiguna F/A-18 Hornet. Keduanya digunakan di Irak.”

Tema “CAHAYA” dalam proyek rehab Bundaran HI yang dikerjakan oleh GE itu, dalam bahasa latin disebut dengan nama “Lucifer”.
.
Misteri demi misteri silih berganti bergulir di sekitar kita. Dan tanpa disadari, semua yang ada di di dalam kehidupan ini menyimpan banyak misteri. Ada yang terjawab dan tentu banyak sekali yang menyisakan tanda tanya besar. Bukti bahwa berpikir skeptis sangat diperlukan dengan apa yang di lihat, dengar, dan rasakan

Apakah benar apa yang menjadi analisa di atas? Saya dan anda mungkin tidak tahu tahu, belum tahu dan bahkan mungkin tidak akan tahu adanya berbagai mistei yang menyelimuti kehidupan kita. Serahkan semua hanya kepada Allah SWT. Toh, Dia juga menguasai alam jagat raya ini.
sumber : http://owunik.blogspot.com

Ini Jawaban Mitos Banyak Korban Tenggelam di Pantai Selatan Jawa





Mengenakan pakaian renang warna tertentu kabarnya bahaya kalau berenang di pantai selatan Jawa, bisa-bisa diambil anak buah Penguasa gaib Laut Selatan. Mitos ini telah berkembang sejak dulu, sehingga berakar kuat dalam kepercayaan masyarakat.

Memang seringkali laporan muncul banyak orang tenggelam atau terbawa arus yang tiba-tiba seperti menarik ke lautan lepas. Pantai-pantai wisata seperti Pelabuhan Ratu dan Parangtritis begitu akrab dengan kisah misterius semacam itu.
ripcurrent2
Sebenarnya ada jawaban secara ilmiah yang bisa menjawab mengapa hal itu bisa terjadi. Para praktisi ilmu kebumian mengamati pantai Parangtritis selama bertahun-tahun, dan akhirnya inilah kemungkinan yang jadi penyebab utama hilangnya sejumlah wisatawan di Pantai Parangtritis.

Rip current, yakni arus  balik yang merupakan aliran air gelombang datang yang membentur pantai dan kembali lagi ke laut. Arus itu bisa menjadi amat kuat karena biasanya merupakan akumulasi dari pertemuan dua atau lebih gelombang datang. Dengan kecepatan mencapai 80 kilometer per jam, arus balik itu tidak hanya kuat, tetapi juga mematikan.

Kepala Laboratorium Geospasial Parangtritis I Nyoman Sukmantalya mengatakan, sampai sekarang informasi mengenai rip current amat minim. Akibatnya, masyarakat masih sering mengaitkan peristiwa hilangnya korban di pantai selatan DI Yogyakarta dengan hal-hal yang berbau mistis.

“Bisa dibayangkan kekuatan seret arus balik beberapa kali lebih kuat dari terpaan ombak datang. Wisatawan yang tidak waspada dapat dengan mudah hanyut,” demikian papar Nyoman.
rip-current-1
Celakanya, arus balik terjadi begitu cepat, bahkan dalam hitungan detik. Arus itu juga bukan hanya berlangsung di satu tempat, melainkan berganti-ganti lokasi sesuai dengan arah datangnya gelombang yang juga menyesuaikan dengan arah embusan angin dari laut menuju darat.

Nyoman melanjutkan, korban mudah terseret arus balik karena berada terlalu jauh dari bibir pantai. Ketika korban diterjang arus balik, posisinya akan mudah labil karena kakinya tidak memijak pantai dengan kuat. “Karena terseret tiba-tiba dan tidak bisa berpegangan pada apa pun, korban menjadi mudah panik, dan tenggelam karena kelelahan,” lanjutnya.

Sementara staf Ahli Pusat Studi Bencana Universitas Gadjah Mada, Djati Mardianto, melanjutkan, apabila korban tetap tenang saat terseret arus, besar kemungkinan baginya untuk kembali ke permukaan. “Karena arus berputar di dasar laut sehingga materi di bawah bisa naik lagi,” ujar Djati.

Setelah mengapung, korban bisa berenang ke tepi laut, atau membiarkan diri terempas ke pantai oleh gelombang datang lain. Setidak-tidaknya, korban memiliki kesempatan untuk melambaikan tangan atau berteriak minta tolong.
 
sumber : http://owunik.blogspot.com

PENDAPATAN KSM LUNGGI TEMBUS 10 JUTA/BULAN





Oleh:
Masudi, SE
Fasilitator Ekonomi
Tim 09 Kecamatan Sambas Kabupaten Sambas
PNPM Mandiri Perkotaan Provinsi Kalimantan Barat
HP. 08115700259     
 
 


Desa Tanjung Mekar (Sambas) adalah salah satu desa yang mendapatkan program PPMK di tahun 2012 yang disalurkan melalui UPK. hampir rata-rata masyarakat di sana baik perempuan maupun laki-laki mempunyai kegiatan ekonomi, baik untuk konsumsi sendiri maupun dijual. Mereka memanfaatkan potensi yang ada di daerahnya, diantaranya mereka banyak juga yang mencoba membuka usaha tenun sambas, selain bernilai ekonomis hal ini juga mereka lakukan demi menjaga kelestarian budaya lokal dan mengangkat harkat dan martabat daerah.
Dari Hasil Pemetaan Swadaya tahun 2013, di 3 dusun Desa Tanjung mekar terdapat potensi usaha yaitu banyaknya usaha tenun antara lain :
1.    Dusun Keranji memiliki 6 rumah tenun (1 rumah terdiri dari satu kelompok tenun yang jumlahnya minimal 4 orang),
2.    Dusun Tanjung Rengas ada 4 orang pengrajin dengan 1 rumah tenun,
3.    Dusun Tanjung Mentawa ada 2 orang pengrajin
Berangkat dari hal tersebut, UPK LKM  Tanjung Mekar Mandiri ibu Heni kusumawati mencoba memanfaatkan SDM  yang ada ditambah keinginan kuat dari masyarakat untuk usaha, ”kenapa tidak kalau di berikan tambahan modal untuk menenun agar usahanya lebih maju”. Salah satu KSM yang mendapat pinjaman PPMK adalah KSM         LUNGGI, yang beralamat di Dusun Kranj, RT. 05 RW. 03 Desa tanjung Mekar. Dari 5 Anggota KSM hampir kebanyakan anggota dari KSM LUNGGGI. Tadinya mereka hanya tenun biasa saja dengan pinjaman ekonomi bergulir reguler. Dimana, Satu orang dapat meminjam Rp.500.000,- (lima ratus ribu rupiah) setelah mereka mendengar bahwa ada PNPM yang memiliki program pinjaman bergulir PPMK yang jumlah pinjamannya lebih besar, kemudian mereka mengikuti sosialisasi yang di lakukan oleh UPK di tingkat kelurahan. Setelah mengikuti sosialisasi kemudian mereka bersepakat untuk membentuk Kelompok kemudian mengajukan pinjaman ke UPK.

Beberapa KSM, mengikuti sosialisasi PPMK di rumah Ibu Budiana (kanan)

 Setelah diverifikasi kelayakan usahanya oleh UPK barulah KSM LUNGGI mendapatkan pinjaman sebesar Rp.25.000.000,- masing-masing anggota mendapatkan pinjaman pertama sebesar Rp 5.000.000,-. KSM Lunggi beranggotakan 5 orang yang diketui Erlinda, Sekertaris Iswandi, Bendahara Rusmini dan Anggota Budiana dan Suryati.  Pinjaman di kembalikan dalam tempo 15 bulan dan setiap bulannya di angsur sebesar Rp.1.917.000,-

KSM LUNGGI sedang menyisir benang tenun
Dalam tiga bulan terakhir terhitung sejak januari 2014 pembayaran berjalan lancar, ini disebabkan oleh usaha mereka yang berkembang setelah mendapatkan bantuan pinjaman modal sehingga pesanan akan pasaran tenun yang selama ini belum terpenuhi karena tidak tersedia stok. Tenun sambas yang dikelola oleh KSM LUNGGI tidak hanya menarik minat pasar kabupaten sambas saja namun juga sampai ke kota Pontianak dan bahkan menembus pasar luar negeri yang dalam hal ini sampai ke Brunei Darussalam. Hal itu terbukti dengan tingkat kesejahteraan mereka yang lebih baik dari sebelumnya, kemudian pengembalian pinjaman pun menjadi lancar.
Dari pembukuan selama tiga bulan terakhir omset penjualan karya KSM LUNGGI mencapai 10 juta/Bln, hal ini tentunya patut kita berikan apresiasi yang baik, karena didorong oleh kerja keras masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan didaerahnya sekaligus melestarikan kebudayaan lokal yang selama ini belum banyak mendapat perhatian serius dari pihak yang berkompeten.
Contact Person : KSM LUNGGI

Nama Ketua KSM:
Erlinda
Alamat KSM:

Kelurahan:
Desa Tanjung Mekar
Kecamatan:
Sambas
Kab/Kota:
Sambas
Telp/HP:
0857 5305 3991