Peristiwa tragis pada masa lampau meninggalkan pembelajaran
penting untuk masa kini. Penyakit-penyakit yang sekarang sudah dengan mudah
disembuhkan, ternyata menjadi wabah mengerikan pada masa lalu, dengan
akibat-akibat yang juga mengerikan. Dengan pembelajaran, sejarah tidak perlu
berulang.
Untuk urusan
jalan-jalan, jika Anda termasuk jenis orang yang lebih suka The Mutter Museum
daripada Abad Pertengahan, dan lebih suka naik kuda daripada minivan, Meksico
bisa jadi merupakan tempat sempurna untuk menjadi tujuan wisata.
Seperti
dilansir Liputan6.com dari Roadtrippers (01/09/2014), ada saja hal-hal aneh di
sana. Ada La Popular, suatu toko perlengkapan pernikahan di mana suatu mayat
menjadi model pakaian-pakaian pernikahan, ada patung mengerikan yang terbuat dari
bagian-bagian tubuh manusia di Gereja Immaculate Conception, atau Pulau Boneka
(Isla de las Muñecas), di mana ribuan boneka dikabarkan hidup kembali pada
malam hari dan membunuhi hewan-hewan.
Suatu tujuan
wisata yang paling menyeramkan adalah museum yang didirikan untuk menyimpan
mayat-mayat, termasuk satu mayat wanita yang meninggal karena dikubur
hidup-hidup.
The Mummies
of Guanajuato di Meksico memiliki riwayat yang sedih namun menarik yang bermula
pada wabah kolera pada tahun 1833. Sekitar 30 puluh tahun setelah wabah itu,
pemakaman kota menjadi penuh sehingga terjadi kekurangan serius akan ruang
pemakaman. Sebagai upaya untuk memperbaiki masalah itu, Guanajuato menerapkan
pajak yang menuntut para keluarga untuk membayar penguburan saudara-saudara mereka.
Pada suatu
masa, pajak itu pernah mencapai 170 peso per tahun untuk 3 tahun. Sayangnya,
kebanyakan warga tidak mampu membayar atau tidak peduli, sehingga 90% kuburan
itu terbengkalai.
Lalu apa yang
terjadi dengan jasad-jasad yang dikeluarkan paksa? Kota Guanajuato tinggal
membawanya ke pergudangan kota untuk penyimpanan. Setelah tersiar kabar bahwa
bangunan itu menyimpan banyak jenazah yang menjadi terawetkan secara alamiah,
para wisatawan perlahan-lahan mendatangi kota itu karena ingin melihat ruang
penyimpanan yang terkutuk itu.
Para penjaga
kuburan, yang ingin mencari keuntungan keuangan dari ketenaran tempat itu,
mulai memungut sejumlah uang sebesar beberapa peso untuk mereka yang ingin
masuk ke dalamnya. Gagasan itu menjadi besar sehingga akhirnya tempat itu
dijadikan museum resmi dengan nama De Museo De Las Momias.
Pada 1958,
disetujuilah undang-undang yang melarang pameran jenazah, tapi pada saat itu
museum tersebut sudah sangat terkenal sehingga dibiarkan dan terus memamerkan
jasad-jasad. Museum itu semakin terkenal melalui film 1970-an yang berjudul
Santo Versus the Mummies of Guanajuato. Film itu menceritakan tentang seorang
Santo yang berperang melawan mumi-mumi di
museum itu, yang secara sihir hidup kembali.
Saat ini
museum tersebut tetap menjadi suatu tempat tujuan wisata terkenal di seluruh
negeri, dan menyimpan 108 mayat berbagai ukuran dan usia kematian, termasuk
satu mumi terkecil di dunia, yakni suatu janin dari wanita yang menjadi korban
wabah kholera.
Namun
demikian, mumi yang paling terkenal adalah Ignacia Alguilar, seorang wanita
yang belakangan diketahui telah terkubur hidup-hidup.
Di
tengah-tengah wabah kolera itu, korban-korban yang meninggal dikuburkan
sesegera mungkin supaya mencegah penyebaran penyakit tersebut. Lazimnya, mereka
yang meninggal dimakamkan dalam waktu satu hari setelah kematiannya. Dapat
dibayangkan, dengan kurangnya pengetahuan kedokteran dan sempitnya waktu untuk
penguburan berakibat kepada beberapa kesalahan. Ignacia adalah salah satu di
antaranya.
Ignacia
Aguilar memiliki kondisi kesehatan yang khas yang menyebabkan jantungnya
kadang-kadang berhenti, atau berdetak secara lembut sehingga tidak mudah
dideteksi.
Ia memiliki
keadaan itu seumur hidupnya namun tidak pernah menjadi sakit karenanya. Namun
setelah ia menderita kolera, keluarganya mengira ia meninggal dan tergesa-gesa
menguburkannya.
Beberapa
tahun kemudian, ketika jasadnya dikeluarkan karena keluarganya tidak membayar
pajak pemakaman, ia didapati bertelungkup di dalam peti matinya, dengan jidat
yang dipenuhi cakaran-cakaran. Mulutnya penuh dengan darah karena menggigiti
tangannya sendiri. Jasadnya masih dipajang di museum itu dan mulutnya masih
ternganga lebar karena berteriak di dalam peti matinya.
Ada suatu
kasus yang sangat mirip, yaitu penguburan hidup-hidup seseorang yang mengidap
penyakit kolera di Edisto Island Presbyterian Church di Negara Bagian
California, Amerika Serikat.
Biaya masuk
ke Museo de Las Momias adalah 55 peso, atau sekitar US$ 4,25 (sekitar Rp 50
ribu). Dengan tambahan beberapa dolar AS, pengunjung diperbolehkan untuk
mengambil semua foto-foto menyeramkan sesukanya. Silakan saja orang-orang
bersenang-senang liburan musim semi di Cancun di Mexico dengan pantainya yang
indah itu, tapi tidak banyak orang yang selfie dengan mumi.
tempat Sylvester dan Sylvia, yang adalah dua mummi yang terawetkan paling bagik di dunia. Ada juga
Barbour County Historical Museum, yang memajang korban-korban ilmuwan-ilmuwan gila. (Riz)
sumber : https://id.berita.yahoo.com/seramnya-penampakan-mumi-di-museum-132341381.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar