PNPM Mandiri Perkotaan

PNPM Mandiri Perkotaan
Bersama Membangun Kemandirian

Kamis, 04 Desember 2014

Revolusi Pemberdayaan Menuju Masyarakat Madani


Oleh:
Muhammad Ali, S.Pd, M.Pd. Askot CD Kota Bukittinggi 
OC 1 Provinsi Sumatera Barat
PNPM Mandiri Perkotaan
Filosofi pemberdayaan adalah pemanusiaan manusia, di mana pemberdayaan mengambil peranan penting dalam memberdayakan manusia menuju fitrahnya dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan serta mengedepankan kejujuran dan kepedulian terhadap sesama. Proses pemberdayaan yang dilakukan akan mempengaruhi karakteristik dari manusia itu sendiri. Bagi yang mengaktualisasikan hasil pemberdayaan yang baik maka secara otomatis akan menjadi manusia yang memiliki performa yang baik pula. Sebaliknya jika pendidikan yang didapatkan tidak mampu membuat karakter yang baik maka pribadi manusia tersebut akan menjadi buruk pula terhadap lingkungannya.
Hakikat pemberdayaan masyarakat adalah peningkatan kualitas masyarakat itu sendiri, dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari yang tidak terbiasa menjadi terbiasa. Yang paling penting adalah bagaimana menciptakan masyarakat paripurna, yang bisa bermanfaat untuk sesama.
Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk melahirkan embrio pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya lokal agar bisa keluar dari rantai kemiskinan. Selain itu melalui pendidikan pemberdayaan diharapkan adanya kemampuan dan keterampilan serta aksesibilitas bagi masyarakat, agar dapat mengelala pertanian, peternakan, perikanan, perdagangan, kerajinan. Tidak kalah pentingnya, tujuan yang diharapkan dari pendidikan pemberdayaan ini adalah bagaimana masyarakat itu sendiri mampu melembagakan pemecahan persoalan yang dihadapi dengan mengoptimalkan potensi wilayah masing-masing dan membina masyarakat agar mampu mengembangkan diri dan mencari inovasi-inovasi yang bersifat partisipatoris yang bermuara pada pendekatan yang berorientasi pada kebutuhan kelompok masyarakat.
Untuk menuju pemberdayaan masyarakat yang bermuara pada pemberdayaan masyarakat madani maka penulis akan mengembangkan tulisan ini terkait dengan masyarakat madani. Masyarakat madani lahir dari rahim sosial sebuah kota. Kota Madinah. Kota ini, pada kepemimpinan Nabi Muhammad, SAW sudah memperlihatkan peradaban yang tinggi. Realitas sosial yang terjadi saat itu telah memperlihatkan suatu interaksi sosial kuat antara sesama masyarakat, sehingga kekuatannya penuh dan paripurna, tidak menerima intervensi lain untuk sebuah perubahan. Selain kemerdekaan penuh dan mutlak, Negara juga ditandai dengan suasana yang harmonis. Sesama umat saling membantu, kekeluargaan tercipta dengan akrab, gerakan sukarela tergambar dengan jelas tanpa pamrih, sehingga menyebabkan masyarakat tersebut kuat di dalam dan disegani pihak luar. Yang menjadi catatan adalah kekuatan Madina bukan dilihat dari perspektif militernya, melainkan prinsip kebersamaan yang dibangun senasib sepenanggungan, yang telah menjadi kultur.
Sebagai referensi ciri khusus masyarakat madani adalah pertamamasyarakat yang egalitarianisme. Yaitu adanya penghargaan kepada manusia berdasarkan prestasi, bukan pada aspek senang atau tidak senang.
Keduamenjunjung tinggi keadilan. Dalam penegakan hukum tidak pandang bulu. Siapa bersalah tetap mendapat hukuman jika terbuki melakukan kesalahan.
Ketigabertuhan. Artinya bahwa masyarakat tersebut adalah masyarakat beragama, yang mengakui adanya Tuhan dan menempatkan hukum Tuhan sebagai landasan yang mengatur kehidupan sosial.
Keempattolong menolong tanpa mencampuri urusan internal individu lain, yang dapat mengurangi kebebasannya.
Kelimatoleran. Artinya tidak mencampuri urusan pribadi pihak lain yang telah diberikan oleh Allah sebagai kebebasan manusia, dan tidak merasa terganggu oleh aktivitas orang lain yang berbeda tersebut.
Keenamkeseimbangan antara hak dan kewajiban sosial. Setiap anggota masyarakat memiiki hak dan kewajiban yang seimbang untuk menciptakan kedamaian, kesejahteraan, dan keutuhan masyarakat sesuai dengan kondisi masing-masing.
Ketujuhberperadaban tinggi. Artinya, masyarakat tersebut memiliki kecintaan terhadap ilmu pengetahuan dan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan untuk kemaslahatan hidup manusia.
Kedelapanberakhlak mulia. Artinya masyarakat madani memiliki akhlak mulia, yang membuat mereka lebih tinggi peradabannya dari bangsa lainnya.
Dalam istilah barat masyarakat madani dikenal dengan nama civil society. Secara substansi civil society sama dengan masyarakat madani, dan mempunyai ciri masyarakat seperti yang sudah disebutkan di atas. Eksistensi masyarakat madani atau civil societymenekankan adanya kepedulian sesama dan saling tolong menolong serta kemerdekaan mutlak. Namun, seiring perkembangan zaman, prinsip masyarakat madani hanya tinggal sejarah. Yang terjadi saat ini muncullah masyarakat yang apatis dan konsumtif yang mementingkan diri sendiri.
Civil society menekankan pentingnya kepedulian sesama, tidak ada kasta dan spasial antara si miskin dan si kaya. Bagi anggota masyarakat yang memiliki kelebihan harta memiliki rasa untuk berbagi dengan si miskin, sehingga tidak ada kejahatan yang membayangi karena masyarakatnya sejajar. Selain itu, civil society juga menekankan pentingnya tata aturan dan pentingnya kelompok, karena dengan berkelompok penyelesaian persoalan akan lebih cepat daripada sendiri-sendiri.
Konsep pemberdayaan pada substansinya adalah menjadikan masyarakat yang mampu menerapkan civil society dalam berkehidupan agar terjadi keseimbangan di tingkat masyarakat, sehingga tidak terjadi kesenjangan dalam berkehidupan. Maka untuk menciptakan pemberdayaan yang berorientasi pada civil society sudah saatnya dilakukan revolusi pemberdayaan yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
Pertama, pemberdayaan menuju egalitarianisme. Dalam catatan situs wikipedia, egalitarianisme merupakan sebuah anggapan bahwa semua manusia sama dan tidak mengenal kasta. Pemberian reward didasarkan pada kinerja, bukan pada faktor lain. Persamaan hak ini menyatakan bahwa semua orang harus diperlakukan secara setara dan memiliki hak-hak politik, ekonomi, sosial, dan sipil yang sama. Atau dalam pengertian filsafat sosial penganjuran penghapusan kesenjangan ekonomi antara orang-orang, atau adanya semacam redistribusi/desentralisasi kekuasaan. Dalam hal ini, beberapa pihak menganggapnya sebagai keadaan alami dari sebuah masyarakat.
Permasalahan sosial yang selalu muncul adalah adanya kesenjangan yang terjadi di masyarakat antara si kaya dan si miskin, strata sosial yang terlalu tinggi, kekuasaan yang tidak terbatas, sehingga mengedepankan kepentingan kelompok dan menyebabkan terjadinya jurang sangat terjal antara yang beruntung dengan yang belum beruntung. Dengan adanya persoalan ini diharapkan adanya penyeimbang agar tidak terjadi kesenjangan dalam kehidupan sosial maka dibutuhkan pemerdayaan manusia.
Substansi pemberdayaan adalah memberikan kemampuan kepada kelompok yang lemah untuk kuat dan mampu mengorganisir sendiri kemampuannya agar terbebas dari dehumanisasi. Sedangkan dalam konsep makro bukan hanya sebatas itu saja. Pemberdayaan lebih dititikberatkan kepada pendidikan untuk mampu melakukan olah rasa, olah pikiran, untuk mampu menempatkan kepedulian yaitu kepedulian antara orang yang mampu untuk memperhatikan yang lemah, orang kuat membimbing yang lemah, orang kaya berbagi dengan si miskin. Dan sebaliknya, orang miskin, orang lemah dan orang yang tidak memiliki ilmu, diharapkan juga membuka diri terhadap ketidakmampuannya, sehingga kehidupan lebih seimbang.
Revolusi pemberdayaan dalam aspek egalitarianisme lebih menitikberatkan pada pembaharuan praktikal dari proses pemberdayaan itu sendiri. Jika selama ini praktik pemberdayaan lebih berorientasi memberikan kemampuan kepada yang lemah untuk mampu dan sejahtera, sehingga aspek sumberdaya manusianya meningkat. Maka ke depan diharapkan proses pemberdayaan bukan hanya tertumpu kepada yang lemah, tapi juga pemberdayaan kepada pada orang yang memiliki kemampuan dan kekayaan. Aspek yang disentuh adalah memberdayakan kepeduliannya.
Metode yang dilakukan seorang pemberdayaan harus mampu memetakan potensi orang-orang yang berkecukupan untuk dilakukandirect selling dalam rangka pemberian pemahaman yang paripurna pentingnya kepedulian kepada sesama. Wujud kepedulian mereka bisa dilayani melalui keterlibatan langsung untuk ikut menggalang kepedulian kepada kaum lemah atau dengan menyumbangkan sebagian harta kekayaan mereka melalui zakat kepada si miskin agar dapat dimanfaatkan untuk memberikan penguatan kepada kaum lemah terkait peningkatan sumberdaya manusia.
Selain pemberdayaan zakat, aspek lain yang bisa dilakukan adalah memunculkan isu krisis kemiskinan dan diharapkan masyarakat bersama-sama memberikan donasi untuk penanggulangan krisis tersebut. Sebagai gambaran begitu besarnya dampak kepedulian melalui donasi rupiah bisa dilihat pada kasus Prita yang menyita perhatian publik karena memiliki kasus ketidakadilan antara yang kuat dengan yang lemah. Ketika kasus ini muncul ke permukaan, luar biasa perhatian publik. Sebagai wujud dari perhatiannya muncul uluran tangan dalam bentuk donasi untuk membantu kepada Prita terbebas dari hukuman. Inilah yang diharapkan; kalau sudah muncul kepedulian kepada sesama maka kekuatan akan muncul untuk bersama-sama menyelesaikan persoalan yang timbul.
Kedua, menjunjung tinggi nilai keadilan. Dalam pemberdayaan keadilan dinilai dari aspek keterlibatan masyarakat dalam proses pemberdayaan. Ketika pemberdayaan sudah mengarah pada kelompok sepihak maka akan menyebabkan ketidakadilan, dan proses pemberdayaan tidak terwujud. Keadilan yang dijunjung dalam pemberdayaan adalah menekankan pentingnya keterlibatan semua pihak dalam proses. Keadilan dalam proses pemberdayaan juga dimaknai sebagai proses keadilan dalam proses pemberdayaan tersebut.
Keadilan dimaksud di sini adalah ketika melakukan pemberdayaan, ada beberapa strata sosial yang terkadang terlupakan di tingkat masyarakat. Guna memandang “semua sama” dalam proses pemberdayaan, masyarakat segala lini dilibatkan. Proses pengambilan kebijakan juga mengarah kepada keadilan, bukan keberpihakan. Karena keberpihakan akan menimbulkan terputusnya rantai pemberdayaan.
Ketigapemberdayaan yang mengedepankan prinsip tolong-menolong. Tolong menolong dalam pemberdayaan diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan dalam rangka memberikan kekuatan atau penguatan kepada masayarakat, dilakukan secara ihklas. Bukan karena didasari aspek kebutuhan material, melainkan karena keinginan untuk membantu sesama. Niat baik jadi motivasi yang kuat dan bisa menjadi cambuk untuk sebuah perjuangan.
Hal itulah yang selama ini hilang. Banyak pemberdayaan yang dilakukan hanya karena kepentingan, bukan karena alasan kemanusiaan. Maka ke depan diharapkan sebuah perubahan yang baik, sehingga pemberdayaan semakin kokoh bertengger, benar-benar demi kepentingan kemanusiaan. [Sumbar]

Editor: Nina Firstavina

Tidak ada komentar: